SORAK SORAI PARTISIPASI SANTRI MENYALAKAN GELORA KEMERDEKAAN INDONESIA

ARROHMAH.CO.ID — Sabtu (17/8), Pondok Pesantren Ar-Rohmah Putri kampus 1, Malang turut berpartisipasi merayakan kemerdekaan Republik Indonesia ke-79. Serangkaian kegiatan diawali dengan Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih yang bertempat di Lapangan Saudah. Upacara dihadiri oleh segenap santri SMP-SMA Ar-Rohmah Putri beserta seluruh ustadz dan ustadzah. Dimulai pada pukul 07.15, upacara berlangsung khidmat dengan Ustadz Alimin Mukhtar sebagai Amirusy Syariyah. Para petugas Upacara Kemerdekaan Republik Indonesia adalah perwakilan santri SMP-SMA Ar-Rohmah Putri kelas 9 dan 12. Adapun pasukan pengibar bendera merupakan santri anggota Departemen Jasadiyah masa jabatan 2023/2024. Ar-Rohmah Putri Voice atau tim paduan suara Ar-Rohmah Putri turut memeriahkan upacara dengan membawakan lagu-lagu daerah Indonesia. “Melihat realita dan kenyataan, cita-cita Indonesia yang tertuang dalam UUD 1945 masih harus melalui proses yang panjang. Program Indonesia Emas 2045, berisi banyak rumusan cita-cita yang harus diperjuangkan demi kesejahteraan. Untuk mencapai hal-hal tersebut harus dimulai dari komponen-komponen pada masa itu, yaitu kalian. Kalianlah penentu bangsa ini. Mulai hari ini cita-cita besar harus dibangun dengan kesungguhan kalian semua. Sebagai salah satu bentuk rasa syukur kita adalah dengan memaksimalkan kesempatan untuk digunakan. Dan bagi kalian adalah untuk menempuh pendidikan sebaik mungkin,” pesan Ustadz Alimin Mukhtar. Usai upacara bendera, kegiatan dilanjutkan dengan serangkaian lomba-lomba. Santri SMA Ar-Rohmah Putri kelas 10, 11, dan 12 berpartisipasi aktif dalam lomba LKBB kreasi dan lomba kekompakan. Adapun para ustadzah juga mengikuti lomba berupa paduan suara dan permainan-permainan tradisional. “Tujuan diadakannya game-game kekompakan selain untuk menyenangkan para santri ialah untuk mempererat tali persaudaraan antar santri. Dari permainan-permainan ini juga, para santri diharapkan mampu mengambil hikmah dari segala sesuatu yang terjadi. Karena orang yang cerdas adalah orang yang pasti bisa mengambil hikmah dari banyaknya hal yang terjadi. Begitu juga dengan lomba ustadzah. Karena banyaknya ustadzah baru, lomba-lomba tersebut diadakan agar bisa lebih mengenal satu sama lain serta menjaga komunikasi agar tetap baik,” jelas Miss Putry selaku ustadzah kesiswaan SMA Ar-Rohmah Putri. Meskipun lelah, para santri nampak begitu bersemangat. Hal tersebut dapat dilihat dari keaktifan dan antusiasme dalam mengikuti lomba-lomba yang disiapkan. Para santri berharap selain sebagai sarana bersenang-senang, kegiatan ini dapat pula membangkitkan semangat kebangsaan dan perjuangan para santri. (I’AR: Putri Dzakiyyah & Nisrina Fazila)
WISUDA 2024: LULUSKAN SANTRI HEBAT BERMASYARAKAT

Ar-Rohmah.co.id — Ahad (9/6), SMP-SMA Ar-Rohmah Putri Islamic “Boarding School” sukses menggelar prosesi wisuda bagi 186 santri SMP angkatan 15, 138 santri SMA angkatan 12, 8 santri dauroh angkatan 6, dan 34 Mahasantri Ma’had Hidayatullah Batu (Mahaba) angkatan pertama. Bertempat di Aula Al-Hambra, kompleks Pesantren IIBS Ar-Rohmah Putri Kampus 2, Wisuda dengan nuansa merah muda ini dihadiri oleh segenap wali santri yang turut bangga dan berbahagia. Tamu Istimewa Wisuda tahun ini turut mengundang tamu istimewa seperti Guru Besar Universitas Negeri Malang Prof. Dr. Muslihati, S.Ag., M,Pd dan Bendahara YPI Ar-Rohmah Putri Kyai Haji Abdullah Warsito. Jajaran petinggi dan direksi YPI Ar-Rohmah Putri kampus 1, Ar-Rohmah Putri kampus 2, Ar-Rohmah Tahfidz, dan Ma’had Hidayatullah Batu juga hadir menyaksikan prosesi wisuda tahun ini. “Selamat kepada para santri yang hari ini sukses melangsungkan wisuda. Tapi ingat, lulus bukan berarti selesai atau berhenti belajar. Karena sesuai dengan Hadist Rasulullah, belajar itu mulai dari buaian ibu hingga nanti ke liang lahat. Ananda semua lulus dari lembaga pendidikan yang luar biasa, maka teruslah belajar. Di luar nanti, kalian akan menghadapi kenyataan di mana di situlah kalian membutuhkan ilmu dan keteguhan iman, Islam yang diajarkan oleh ustadz-ustadzah yang dapat dijadikan bekal untuk menghadapi berbagai godaan itu,” sambut Prof. Dr. Muslihati, S.Ag., M,Pd. Rangkaian Acara Acara dimulai tepat pada pukul 07.30 dengan persembahan tari saman yang dibawakan oleh 39 santri kelas 8, 10, dan 11. Ustadz Budi selaku pembawa acara menyampaikan bahwa selain menjadi salah satu media dakwah yang berasal dari Provinsi Aceh, tari saman ini memiliki tujuan untuk menjalin tali silaturahmi juga persaudaraan. Acara dilanjutkan dengan pembacaan tata tertib wisuda oleh Ustadzah Ulfa, selaku pembawa acara, serta pembacaan ayat suci Al-Quran oleh perwakilan Mahasantri Mahaba. Setelah itu, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Mars Pemudi Hidayatullah yang dipandu oleh Ar-Rohmah Voice (Arvo). “Alhamdulillah, wisuda ini berjalan dengan lancar. Meskipun agendanya lebih padat dibanding kampus yang lain, dari orang tua, wisudawati, dan panitia merasa sangat puas. Meskipun banyak kendala terkait waktu, Alhamdulillah masih bisa teratasi. Harapan ustadzah, lulus bukanlah akhir dari perjuangan. Melainkan awal sebuah perjuangan menghadapi kehidupan masyarakat. Ladang perjuangan yang sesungguhnya ketika menghadapi banyak tantangan di luar sana. Semoga bisa tetap istiqomah dan sukses.” pesan Ustadzah Nanda Primadiani selaku Koordinator Jenjang Kelas 12 sekaligus Sekretaris Pelaksana Wisuda tahun ini. Prosesi wisuda berjalan khidmat dengan suasana haru yang turut menyelimuti. Wisuda ini tidak hanya menandakan kelulusan namun juga menjadi bukti perpisahan para santri yang sukses menamatkan pendidikan bersama selama kurang lebih tiga hingga tujuh tahun di pesantren. Para santri kelas 9 dan 12 menutup prosesi wisuda dengan kesan dan pesan yang diberikan oleh ananda Amrina Amalia, selaku Ketua Umum Gerakan Pandu Hidayatullah 2022/2023, serta persembahan spesial kepada para ustadzah dan orang tua. (I’AR: Nisrina Fazila)
Anak Terindikasi Jadi Korban atau Pelaku Bullying? Begini Saran Ahli Psikologi

Seorang siswa SMP di Kota Batu (Jatim) tewas karena dianiaya oleh teman sekelasnya, Jumat (31/05/2024). Pelaku merasa jengkel karena korban dinilai enggan membantu pengerjaan tugas sekolah. Beberapa hari sebelumnya, mencuat pula di pemberitaan media massa tentang seorang siswi SMP di Bogor (Jabar) yang mengalami bullying (perundungan). Pelakunya diduga sesama murid SMP dari sekolah lain, diduga dipicu persoalan pacaran. Kejadian serupa banyak terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Sebagai gambaran, di Sumedang (Jabar) saja, selama kurun waktu tahun ajaran 2023/2024, hingga Mei 2024 tercatat ada 56 kasus perundungan di tingkat pelajar. Demikian data yang dihimpun oleh Dinas Pendidikan setempat (Detik.com, 01/06/2024). Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat ada sekitar 3.000 kasus perundungan di Indonesia sepanjang tahun 2023. Hampir separuhnya terjadi di lembaga pendidikan, termasuk di pesantren. Mengapa perundungan anak semakin marak? Apa yang semestinya dilakukan oleh orangtua, guru, sekolah, hingga aparat keamanan? Penyebab Perundungan Dosen Psikologi dari Universitas Brawijaya, Ilhamuddin Nukman, mengungkap beberapa penyebab terjadinya perundungan, utamanya di kalangan anak-anak. “Bullying disebabkan karena adanya relasi kuasa yang tidak seimbang antara pelaku dan korban. Pelaku merasa memiliki kuasa (apapun bentuknya), bisa berupa senioritas, kekuatan finansial, kekuatan politis, kekuatan relasi, dan sebagainya,” kata Ilham –panggilan akrabnya—kepada hidayatullah.com. “Jika perasaan kuasa ini tidak dibatasi, maka mereka akan berasumsi tidak memiliki hambatan untuk melakukan bullying. Apalagi jika ada pembiaran dari orang-orang yang seharusnya mengawasi para pelaku maupun korban. Misalnya orangtua malah melindungi atau membenarkan perilaku kekerasan anaknya, hanya menganggap itu sebagai kenakan anak-anak saja. Pihak sekolah tidak tegas dalam mendisiplinkan atau menghukum pelaku. Masyarakat ada kecenderungan mengafirmasi perilaku bullying, dan malah menyalahkan korban. Sedangkan secara hukum, kurang cepatnya penanganan kasus bullying,” jelas Ketua Asosiasi Psikologi Islam Jawa Timur ini. Jika Anak jadi Korban Karena begitu maraknya, bisa jadi anak-anak kita juga mengalaminya. Jika demikian, maka Ilham menganjurkan harus ada tindakan korektif, bukan lagi preventif (pencegahan). Yang pertama harus dilakukan, “Orangtua atau guru harus bisa mengidentifikasi ciri-ciri fisik dan mental yang dialami korban. Jika ada perubahaan yang signifikan, maka harus segera ditangani, ditanya, dan dikonirmasi situasinya,” pria kelahiran Bima (NTB) ini menjelaskan. Ada beberapa ciri yang bisa dikenali, antara lain: Perasaan takut yang berlebihan yang tidak pernah dialami sebelumnya, menarik diri dari pergaulan dengan teman-temannya, murung, dan emosional. Selanjutnya, perlu diidentifikasi sejauh mana efek psikologisnya, seberapa berat tekanan yang dialami, seberapa komplikasi hambatan psikologisnya, apakah korban menimbulkan gejala traumatis atau tidak, dan hal lainnya. “Jika ada hal tersebut dan terkonfirmasi, maka si anak berarti menjadi korban bullying. Orangtua dan sekolah harus segera bergerak cepat untuk melindungi korban, juga mendalami motif pelaku.” Tindakan untuk Pelaku Perlu ada tindakan pula terhadap pelaku perundungan. Jika diperlukan, orangtua atau pihak sekolah bisa meminta bantuan aparat keamanan atau kepolisian. “Pelaku yang merasakan kepuasan dengan melakukan bullying, maka harus dihukum agar jera dan tidak melakukan kekerasan kembali. Hukumannya harus lebih berat daripada rasa puas yang ia miliki,” kata Ilham yang juga konselor psikologi ini. Meskipun menurut undang-undang pelaku masih dianggap di bawah umur, Ilham menganjurkan tidak cukup hanya dengan bimbingan. Tetap harus diberi hukuman. “Saya menganjurkan agar pelaku kekerasan, yang dalam undang-undang disebut di bawah umur, harus diberikan hukuman dan bimbingan. Bukan hanya bimbingan saja,” ujar alumnus Pesantren Tebuireng Jombang ini. Selain itu, orangtua, sekolah, lembaga pendidikan, masyarakat, juga media massa harus secara terus-menerus mengingatkan anak-anak agar menghindarkan diri dari perilaku kekerasan dan menjaga diri dari potensi menjadi korban.*/Pambudi